Dongeng yang bicara soal Cinta, Patah hati dan kebutuhan lainnya

on Senin, 13 April 2009

Perempuan, datang menunjukan cangkir teh barunya.
tanpa basa-basi ia menyuruhku memilikinya…

Cinta itu ibarat cangkir teh yang tiap hari terhempas ke lantai dan pecah berantakan,
dan tiap pagi potongan-potongannya dikumpulkan kembali.
Dengan sepercik air dan kehangatan,
mereka disatukan dengan lem dan kembalilah cangkir teh itu seperti sediakala.

Orang yang sedang jatuh Cinta menghabiskan hidupnya menanti cemas akan datangnya suatu hari mengenaskan yaitu, saat cangkir kecil itu terhempas dan begitu berantakannya sampai tak mungkin lagi bisa disatukan.
Perempuan pergi sebagaimana ia datang,
mengulang penolakannya untuk di peluk atau dicium yang kini katanya “makin risi”.

Cinta tak lebih dari neraca rumit,
begitu kata Don Durito.
Di satu sisi ada hal-hal yang baik dan di sisi lainnya ada hal-hal yang buruk.
Cinta begitu besar sampai suatu waktu berat hal-hal yang baik mengungguli berat hal-hal yang buruk.

Orang yang sedang jatuh cinta,
menghabiskan hidupnya mengumpulkan berat dan kasih sayang pada sisi yang baik itu.
Ia begitu perhatian pada sisi yang ini sampai ia lupa tentang sisi yang punya berat hal-hal buruk.
Tak pernah bisa dimengerti…
bagaimana sebuah berat-yang bahkan kurang dari berat sehelai bulu
bisa menggeser keseimbangan ke sisi itu taktala seseorang terhempas oleh cinta,
meski takarannya pasti, biasa saja, namun tak tersembuhkan…

Aku merenung dan merokok…
Bulan ibarat kuku dari gading,
sepotong lilin yang tertelan cahaya dalam bahtera malam.
Ia jejakkan seutas garis telanjang di atas pegunungan,
lalu menerkam dengan kuatnya sampai cabikannya merobek-robek beberapa bintang…

(adaptasi dari dokumen perjuangan EZLN: Sub-Commandante Insurgence MarCos)

PS: *untuk kawan yang sedang di “rundung-biru”
“Katakanlah sayang Cinta itu ta’kan mati… karena Shakespeare hidup bersama kita”

0 komentar:

Posting Komentar