kisah dari berlin

on Selasa, 10 Maret 2009

Jika menyebut kata "Jerman", pasti akan teringat dengan peristiwa bersejarah 15 tahun silam, tanggal 9 November 1989. Runtuhnya Tembok Berlin ini tidak hanya menyebabkan persatuan kembali Jerman Barat dengan Timur.


Tembok Berlin yang mengurung Berlin Barat dan memotong kota ini persis di tengahnya, menjadi simbol Perang Dingin yang paling terkenal. Banyak pembesar barat, terutama presiden Amerika Serikat yang mengunjungi tembok ini untuk mengutuknya.


Presiden J.F. Kennedy pada tahun 1963 datang dan berpidato di sisi tembok ini dengan kalimatnya yang ternama: “Ich bin ein Berliner.” Lalu 20 tahun kemudian, pada tahun 1983 presiden Ronald Reagan juga berpidato di sini dan mengutuk Uni Soviet yang disebutnya An Evil Empire, atau sebuah kerajaan kejahatan.


Tetapi pada tahun 1989, pada hari peringatan Republik Demokratis Jerman, atau Jerman Timur, pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev juga sempat mengunjungi Tembok Berlin dan berkata pada pemimpin Jerman Timur Erich Honecker bahwa “Barangsiapa terlambat datang, akan dihukum oleh hidup”.


Itulah perasaan saya ketika di Berlin. Dan kata-kata Gorbachev terngingan kembali tetapi dengan frasa yang berbeda” ”Barangsiapa yang tak melihat Berlin, akan menyesal seumur hidup”.

Berlin, terlalu indah dilihat dan terlalu asyik untuk dikenang dan semua perasaan saya tentang Berlin akan diwakili oleh syair tak menentu yang di tulis di dekat tembok kebebasan itu.,,


kau masih di sana dan tak berubah,
berlin....
kota impian malam sepi...

gereja kaiser william tiga masih tegak tak bergeming
dengan luka lama di pucuknya..
tatapanku padanya tak bergerak saat berdiri di pelataran
zoological garten hauptbahnhof...

kau masih disana...
satu dua bangunan baru tak membuat kau berganti rupa, berlin....
kurfustendamm bermandi daun linden hijau cerah
s-bahn melintasi friedrichstrasse
menjelajahi sisa-sisa kenangan pahit

menyeberangi sungai spree
tinggalkan friedrich platz yang berdandan cerah menyambut
malam,

lalu menyusuri oranienburgstrasse
yang sesak oleh gedung-gedung berdinding coklat,
kumuh namun misterius...
(ada yang menyisakan bekas bom di temboknya)
ramai oleh kafe dan restoran di lantai dasarnya...

kau tak tampak lelah,
berlin...
kendati pejalan kaki kerap menjejaki petak-petak trotoar di sisi
jalan
bergegas dengan jaket tebal dan kedua tangan di dalam sakunya
melangkah pelahan hanya saat sinar matahari menyentuh hangat..

kau tampak cerah namun menggigilkan tubuh,
berlin...
begitu murung engkau di kala rinai hujan
namun tetap memukau ketika mata mengembara
ke pucuk-pucuk bangunan berwarna abu-abu, merah bata, coklat
muda......

aku tetap merindukanmu,
berlin...

hingga waktu berhenti berputar

0 komentar:

Posting Komentar